My Journal

MUMBAI, 28-31 Oktober 2012

Bandara Mumbai, 27 Oktober, 22.45
Tepat pukul 22.45 waktu Mumbai saya tiba di Bandara Chhatrapati Shivaji, Mumbai. Saya langsung menuju counter Tourist Visa on Arrival, ya karena beberapa pertimbangan saya memutuskan untuk mencoba TVOA ini. Menurut situs resmi kedutaan India di Jakarta, sejak 2011 lalu, warga Indonesia yang mau berkunjung untuk sekadar menjadi wisatawan atau mengunjungi kawan (tidak boleh lebih dari 30 hari) bisa langsung apply di 4 bandara di India, termasuk ya Mumbai ini. Ternyata mengurus TVOA ini agak unik, jangan membayangkan counter VOA seperti di bandara Soekarno Hatta (yah biar bandara kita sering dikritik, tapi soal VOA masih rada beres), counter TVOA di Bandara Mumbai ternyata sepi. Deg, Serem juga nih kalo tidak dapat visa. Apa Kata Dunia…..Ho..ho…ho…

Akhirnya muncul lah sang petugas yang India banget (ya iyalah masa Korea), setelah agak-agak ribet interview tidak terstruktur, akhirnya saya diminta mengisi form isian, seperti nama Bapak, nama Ibu, Apakah orang tua Anda Pakistan?, (lol…jelas-jelas nama Jawa:) terus sang petugas minta pas foto 1 lembar, hotel booking, dan tiket pulang. Setelah menunggu lebih kurang 30 menit (amboiii lama nya) petugasnya datang lagi, masih dengan berkas-berkas, kali ini disuruh tanda tangan form pembayaran 60 USD, habis itu saya digiring ke arah kantor imigrasi, setelah melewati 2 counter, kita harus bayar di loket semacam bank, abis itu harus tunggu lagi, total jendral mengurus TVOA butuh waktu sekitar 2 Jam..

Di luar bandara, teman saya Ashutosh, sudah menunggu, kami langsung cabut ke YMCA International house, kami akan melakukan pelatihan bersama (MNC Training Khusus Perempuan) di tempat itu. Oh ya YMCA ini semacam guest house ala-ala hotel di puncak (Kebayang lah yah). oh ya beda waktu sekitar 1,5 jam, Indonesia lebih cepat.

Nah ini yang menarik,

Foto ini diambil didepan YMCA, tempat saya menginap. Sebuah Masjid Ahmadiyah dan sebuah Methodius Center  saling berdampingan.
tiap hari Masjid Ahmadiyah ini menyuarakan azan 5 waktu. Oh ya, saya sempat masuk ke masjid Ahmadiyah ini dan ketemu sama takmir masjid nya, sekadar tanya arah Qiblat. Katanya, saya boleh datang untuk shalat setiap saat, secara masjidnya buka 24 jam.

Nah saya mau jelaskan foto dibagian depan artikel ini,

Itu foto tempat cuci baju yang luaaaaasssss banget, nyaris satu RW kali itu luasnya. Serunya para buruh cuci di tempat itu ada serikat buruh nya dan kuat memperjuangkan kepentingan anggotanya, begitu kata teman saya Ashutosh.  Mereka mencuci semuanya dari seprai hotel, baju, handuk, semuanya dicuci.

Gate Of India

Nah ini suasana di tempat wisata di Mumbai, nama tempatnya Gate of India. Ini semacam monumen perjuangan yang dibangun oleh pemerintah setempat untuk mengenang jasa pahlawan kemerdekaan melawan penjajahan Inggris. Tapi bagi saya, Gate of India ini semacam lapangan besar luas macam MONAS. Hari itu banyak sekali yang berkunjung, mirip pasar dengan aneka penjual. ada tukang mainan barang-barang Cina (ngga jauh lah sama mainan di Pasar Royal dekat rumah), tukang foto keliling (MONAS sama Ragunan banget lah), tukang kacang panggang, tukang semir sepatu, balon, plembungan , penjual ketimun, tukang timbangan badan (he..he…tapi Digital lho timbangannya), pernak-pernik peniti, gula-gula, dan snack kaya kerupuk, intinya mah Indonesia banget deh untuk yang satu ini.

Di dekat Gate of India ini, berdiri hotel megah dan mahal, namanya Hotel TAJ, kabarnya untuk menginap satu malam di salah satu kamar di hotel ini kita harus merogoh kocek cukup dalam yaitu sekitar 3000 USD alias 30 juta,,,(Mahal Gila yak), kalo buruh Indonesia harus kerja kurang lebih tiga taon untuk bisa menginap 1 malam disini. Tapi miris nya tak jauh dari hotel mewah ini saya masih temukan beberapa orang homeless (gelandangan) yang tertidur karena sakit. Menurut saya income gap alias jurang si miskin dan si kaya di Mumbai sangatlah jelas.
Bicara Jakarta juga hampir sama, tetapi disini hati saya lebih sakit melihat mereka tidur di jalan-jalan.(hiks…hiks…)

Taksi dan Bus

Oh iya, taksi di India itu rata-rata pake mobil merek Hyundai (wew Brand Korea ini) kalo di Indonesia sih mirip sama Hyundai Atoz. Taksi nya tanpa argo dan AC, jadi kalo naik taksi harus bukaan jendela (angin cendela) dan mereka ngga mau narik kalo jaraknya deket.. inget jaman taon 90 an kali ya kalo di Indonesia, saat Blue Bird dan Ekspress belom beroperasi. Buat kamu yang lahir tahun 80 an pasti pernah ngerasain naik bis tingkat yak di Jakarta, Nah bis tingkat macam itu masih banyak beroperasi di Mumbai, sepanjang 4 hari di Mumbai, belum pernah liat bis bagus macam White Horse (He…He…Hee..)

INTUC

INTUC kepanjangan dari Indian National Cement Workers Federation, yup ini salah satu federasi industri semen di India.

Saya senang mempunyai kesempatan untuk berkunjung kesini, saat itu pastinya saya ditemani Ashutosh, kawan saya untuk bertemu Brother Deoraj Singh, beliau ini presiden INTUC (pastinya yang pake baju putih itu lah ya). INTUC berdiri tahun 1947 (walahhhhh) dan sejak tahun tersebut kantor mereka tidak pernah pindah, walau dari tahun 47, ternyata kantornya masih status sewa dengan bea rendah. Menginjakkan kaki di depan kantor, kita bisa langsung lihat foto Mahatma Gandhi berukuran besar dan benar saja mereka hidup dengan ajaran Gandhi. Di sisi tembok banyak ajaran-ajaran Gandhi yang dibingkai.
Saya terkagum-kagum melihat deretan Labour Law Journal dari tahun 80 an (itu lho semacam varia pengadilan kalo disini, yaitu semacam kumpulan putusan pengadilan perburuhan lengkap dengan bahasannya) … woowwwwww dahsyat banget, saya tidak mampu berkata-kata (alahh labour lawyer lebayyy:) ya daku ini). Ada juga kumpulan hasil kongres mereka sejak tahun jebod, masih disimpen gitu, (kyaaaaaa kalo serikat buruh di Indonesia mah kayanya ngga kesimpen ituh) puassss banget liat-liat nya. dan itu tempat pasti surga banget buat peneliti sejarah hukum perburuhan, asliiii pengen balik lagi. Mudah-mudahan serikat buruh di Indonesia bisa mulai memperhatikan dokumentasi dan terbitan-terbitannya, buat sejarah anak cucu kita seratus dua ratus taon dari sekarang.

Nah puas baca-baca Labour Law Journal, Brother Deoraj Singh mengajak saya menyusuri malam dibawah rel kereta api dekat kantor INTUC, sekilas suasana nya mirip Barel UI, ada yang jualan VCD (lagu-lagu  ama pelem India pastinya), sepatu kets ala-ala tenabang, daster, dan tidak lupa kain saree. Rupanya saja diajak untuk menikmati Vada Pao (Burger ala Indihe), letaknya di bawah stasiun kereta, dan antri nya puanjanggg, dengan hanya 2 Rupee kita bisa menikmati Vada Pao.


Ini tukang jualan vada pao nya:)

dan This is it …Vada Pao

Vada Pao ini semacam roti burger di kasih saos sambel (rasa kari) plus perkedel kentang kali ye (rasanya kaya kentang) enak dan kenyang. Si Ashutosh makan 3 biji Vada Pao (ck…ck…ck…..)

oia makan malam di India tuh mulainya sekitar jam 8 malem, kaga bagus dah buat diet. Orang India juga terbiasa makan dengan makanan pembuka, main course, sama penutupnya (biasanya es krim atau sesuatu yang muanis gila), aku rasa ini pengaruh jajahan Inggris kali ya…

BERSAMBUNG

Selanjutnya cerita soal praktek Surrogacy di India….

 

_____________________________________________#####__________________________________________________________________

 

 

 

 

2 thoughts on “My Journal

  1. Mantap dan luar biasa, semoga mba indah selalu memperjuangkan kaum buruh khususnya di indonesia..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s